Thursday 4 April 2013

Cahaya Cinta Habib Munzir Al Musawa

Buku Cahaya Cinta Habib Munzir Al Musawa


1. Download e-book EDISI PERTAMA (format .pdf) di sini
2. Download e-book EDISI KEDUA (format .pdf) di sini
(edisi kedua isinya hampir sama dengan edisi pertama, hanya ada penambahan kisah dari 22 kisah menjadi 42 kisah)

e-book Cahaya Cinta Habib Mundzir Al Musawa
dikompilasi dari www.majelisrasulullah.org dan sumber lainnya. Dari sekain banyak isi website www.majelisrasulullah.org terselip kisah-kisah hikmah dari Habib Munzir al Musawa. Kisah-kisah yang menarik itu kadang saya copy dan saya simpan sebagai ‘koleksi’. Mengingat banyaknya ilmu yang bisa didapat dari berbagai kisah itu, maka akan menjadi lebih bermanfaat jika kisah-kisah penuh hikmah itu juga dibaca orang lain dan diambil manfaatnya. Maka saya mengumpulkannya menjadi satu e-book agar lebih praktis dan mudah dibaca.

Mengenai tanggapan Habib Munzir al Musawa tentang e-book ini bisa dibaca di sini.

Jika ingin membaca isinya, tinggal klik judulnya di Daftar Isi berikut dibawah ini.
Terimakasih, semoga bermanfaat.

DAFTAR ISI
Mengenal Habibana lebih dekat
1. Biografi
2. Majelis Rasulullah SAW
3. Mendengarkan Habibana Bercerita
4. Keseharian Keluarga Habibana
5. Habib Munzir VS Preman
6. Cara Mendidik Anak
7. Mengatur Waktu
8. Pendapat Habib
9. Cincin di Jari Kelingking
10. Imamah
11. Sholawat yang Disukai
12. Nasab Kepada Rasulullah SAW
13. Sanad Akhlaq
14. Sanad Mahabbah
15. Pesan dan Wasiat Habib Munzir Al Musawa

Guru Beliau al Habib Umar bin Hafidz
16. Al Habib Umar bin Hafidz
17. Aku Pamit Wahai Guru Nan Lembut dan Damai
18. Ku Bersimpuh Rindu pada Sang Guru
19. Safar Mahabbah
20. Wasiat Guru Mulia

Perjalanan Dakwah
21. Perjalanan Dakwah ke Manokwari Papua (I)
22. Perjalanan Dakwah ke Manokwari Papua (II)
23. Perjalanan Dakwah ke Kokoda Irian Barat
24. Sekilas Kabar dari Kota Cahaya
25. Sukoredjo, Pandaan, Malang Jawa Timur
26. Sekilas Kabar Dakwah di Malaysia
27. Singapura dan Kualalumpur
28. Denpasar Bali (I)
29. Denpasar Bali (II)
30. Bengkalis Pulau Suci
31. Lirboyo Kediri dan Langitan Tuban

Cerita dari Jama’ah
32. Wahai Laskar Sayyidina Muhammad SAW
33. Surat Cinta dari Papua
34. Lucunya Anak Ini
35. Akhirnya Aku Temukan Jalan Itu
36. Gara-Gara MR
37. Do’a Habib Luthfi bin Yahya
38. Love at 1st Sight
39. Kecintaan Anak Kecil Kepada Gurunya
40. Fii Hawa
41. Malam 17 Agustus dengan Lafdhul Jalalah
42. Awan Membentuk Lafadz Allah di Monas

Kisah tambahan Cerita Karomah Habib Munzir Al Musawa


SEKILAS MENGENAI ISINYA
Sekilas isinya:
PERJALANAN DAKWAH KE KOKODA IRIAN BARAT
Disepanjang jalan di luar kota Sorong kami tak menemukan kampung Muslimin, hanya wilayah non Muslim dan tempat peribadatan mereka yang megah yang terus terlihat sepanjang jalan. Namun masyarakat ramah, walau kami semua berpakaian islami namun mereka tetap ramah walau mereka non Muslim.
Di tengah perjalanan mobil kami berhenti, karena seorang tokoh agama non muslim wanita yang sudah berusia sekitar 50-an ingin menumpang ke Taminabuan.
Maka Asri memohon izin saya menaikkannya. Karena mobil sudah di carter untuk kami, tentu saya mengizinkan. Maka Ibu biarawati tersebut naik di bak belakang mobil 4X4 itu bersama barang.
Perjalanan kami teruskan, lalu sekitar 1 jam kemudian rintik-rintik hujan mulai turun. Hati saya terasa tercekik, sungguh walau ia non muslim maka bagaimana ia seorang wanita yg usianya cukup tua duduk di bak terbuka di belakang dengan terpaan hujan? Ia seorang pemuka dan guru agama non muslim, ia tabah dan berdakwah membela agamanya dengan semangat juang yang luar biasa, dari kampung ke kampung terus mengajar dengan sukarela sepanjang hidupnya mengabdi pada agamanya, sampai rela duduk di Bak belakang mobil dalam keadaan hujan dan panas. Ia wanita, sudah cukup lanjut usia, demikian tabahnya da’i non muslim ini. Hati saya seperti tercabik cabik, saya malu, malu sekali.
Hujan mulai deras, saya tak tahan lagi dan memegang tangan Asri, “Berhenti Asri, berhenti.”.
Maka Asri menghentikan mobil, saya katakan padanya, “Saya mau pindah ke belakang bak terbuka menggantikan posisi ibu itu, biar ia naik di depan tempat saya duduk.”…read more

wilayah Kokoda semakin tak mengenal shalat lima waktu, hanya sholat Jumat yang masih dikenal di wilayah itu, namun kedatangan KH Ahmad Baihaqi membawa beberapa santri dari kokoda, dan kembali kesana beberapa waktu yg lalu, benar benar membuat hidup masyarakat kokoda. Mereka para sepuh dan tetua kampung terharu dan mendukung penuh dengan semangat yang kembali terbit, setelah ratusan tahun tempat itu tak pernah lagi dikunjungi para habaib.
Salah seorang santri yg dibawa ke Jakarta mengirim surat pada ayahnya di Kokoda, diantara tulisan di suratnya, “Ayah, jangan tinggalkan shalat lima waktu, dan pesan Habib Munzir perbanyak dzikir Yaa Allah Yaa Allah.”. Sejak itu ayahnya dan keluarganya tak lagi minum minuman keras, mulai mendirikan shalat lima waktu, subhanallah…read more

Sebagian para santri ada yang tidak dibolehkan lagi kembali ke Jakarta oleh muslimin di salah satu wilayah itu. Kenapa? karena mereka tak punya imam untuk shalat.. Dengan suara lirih dan tertunduk mereka berkata, "Kami sudah masuk islam tapi kami ingin tahu caranya shalat, kami belum tahu." maka selama anak itu bersama mereka, ia menjadi imam, dan jika anak itu sakit maka tak ada shalat di wilayah itu. Dan anak itu pula mengajari tarawih, mereka tak pernah tahu shalat tarawih, dan mereka baru pertama kali pula mengadakan takbiran di malam idul fitri, dan jika anak itu meninggalkan mereka ke Jakarta maka tak ada lagi shalat diwilayah itu… Subhanallah…
Air mata saya terus mengalir, kita di Jakarta makmur dengan para ulama, habaib, kyai dan para da'i, ternyata ada di wilayah saudara-saudara kita yang sudah belasan tahun masuk islam namun ingin shalat tapi tak ada yg mengajarinya. Wilayah kita makmur dengan masjid dan musholla dan majelis taklim, namun disini musholla ada untuk wilayah yang mesti ditempuh berjam jam naik mobil…read more

Di tengah-tengah hutan atau kampung yang kita lewati jika tampak ada orang maka saya berharap-harap dengan mata yang sibuk mencari-cari ingin melihat seorang muslim, dengan pakaian peci putih atau peci hitam, atau wanita berjilbab. Namun sepanjang jalan sekitar 3 jam perjalanan tak saya temukan pemandangan itu.
Saya terus membatin dan merintih… Bumi ini milik Allah... kenapa yang makmur adalah rumah-rumah penyembahan pada selain Allah…? Bukankah Indonesia adalah negeri muslimin terbesar di dunia…? Lalu kemana muslimin di pulau terbesar ini…?
Kupandangi wajah-wajah mereka yang kita lewati dan hati terus berdoa: Wahai Allah, jadikan orang ini muslim… Jadikan ia mengenal sujud… Jadikan ia ummat Nabi Mu… Wahai Tuhanku... anak-anak ini… read more

SEKILAS ISI PER JUDUL
1. Biografi
Bukan berarti harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja dll. tapi justru mewarnai semua gerak-gerik kita dengan kehidupan yang Nabawiy.

2. Majelis Rasulullah SAW
Sebagaimana para ulama dan habaib angkatan-angkatan abad ke-18 dan yang sebelumnya hingga zaman Wali Songo di abad-abad sebelumnya… metode dakwah Nabi saw yang kami pelajari dari guru kami, dan guru kami adalah pemegang sanad guru… bersambung dengan sanad muttashil hingga Rasulullah saw…
Memang tampaknya cuma kumpulan sufi yang shalawatan, main rebana dan hadroh… Tunggulah 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, 30 tahun lagi… akan muncul jutaan pemuda-pemudi yang beridolakan Nabi saw… Laskar pembela Nabi dan sunnah beliau saw yang tidak hanya terbatas dan terpaku dengan senjata, tapi berpolitik, berdagang, bekerja di pasar, di jalan, di perkantoran, di rumah-rumah, di pemerintahan, di istana, dimanapun. Mereka tak diajari memberontak Negara, atau memerangi sesama.
Mereka diajari akhlak Rasul saw. dan kasih sayang… berakhlak dan tidak radikal, menghargai sesama.

3. Mendengarkan Habibana Bercerita
Suatu hari saya dilirik oleh Guru Mulia dan berkata, “Namamu Munzir (munzir=pemberi peringatan),” Saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi, “Kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak!”
Saya akan punya jamaah? saya miskin begini….

4. Keseharian Keluarga Habibana
Mereka sering mendapat uang hadiah dari jamaah. Mereka menyimpannya di celengannya. Saya tanya untuk apa kalian menyimpan uang itu? Mau beli apa? Sepeda? Mobil-mobilan? Atau apa? Mereka katakan, “Kami mau menabung untuk bisa pergi ke Madinah untuk ziarah Nabi saw. Kami mau beli pesawat sendiri. Jadi bisa mengajak jamaah majelis ramai-ramai ke Madinah. Muhamad jadi pilotnya, Hasan jadi kondekturnya, dan Fatimah jadi pramugarinya.”.
Saya hanya bisa geleng-geleng dan membiarkan saja.

5. Habib Munzir VS Preman
Sungguh orang-orang yang terjebak dalam kemungkaran itu mempunyai hati baik di hati kecilnya. Saya berkali-kali menemukan itu di hati mereka, namun kebaikan itu tersembunyi dalam kesombongan mereka.

6. Cara Mendidik Anak
Didiklah putra Anda secara bathin dan dhahir, yaitu dengan mengajarkan lafadh yang pertama diucapkannya adalah lafadh ALLAH, sebelum lafadh MAMA atau PAPA.

7. Mengatur Waktu
Hal-hal seperti itu sudah lama sirna dari hari-hari saya, Allah swt menggantikannya dengan ketenangan dan sakinah hingga saya mampu bertahan.

8. Pendapat Habib
Saya hanya ingin berbakti pada Nabi saw dan guru mulia saya di dunia ini. Saya habiskan segalanya demi cinta, terserah mereka ingin memuji atau mencaci… Poster saya dipajang dimana-mana, namun saya pun banyak yang membenci dan memaki… Di suatu tempat saya dirindukan dan foto saya dipajang sebesar-besarnya, di tempat lain kepala saya dihargai 5 ribu USD bagi yang bisa mendapatkannya… Saya tak perduli lagi dengan itu, saya hanya ingin Sang Kekasih (saw) gembira, dicintai, diidolakan, dirindukan, dan diikuti.

15. Pesan dan Wasiat Habib Munzir Al Musawa
Maka Rasulullah saw terus mengajakku masuk, "Masuklah... kau sudah kelelahan… kau tak punya rumah di dunia (memang saya hingga saat ini masih belum punya rumah). Tak ada rumah untukmu di dunia, karena rumahmu adalah di sini bersamaku… serumah denganku… seatap denganku…. makan dan mium bersamaku.... masuklah!"
Lalu aku berkata, "Lalu bagaimana dengan Fatah Jakarta? (Fatah tegaknya panji kedamaian Rasulullah saw).”
Maka beberapa orang menjawab di belakangku, “Wafatmu akan membangkitkan ribuan hati untuk meneruskan cita-citamu...! Masuklah…!"

16. Al Habib Umar bin Hafidz
Kami teringat malam itu beliau mengumpulkan seluruh mereka dan murid-muridnya yang lain. Lalu beliau memberi nasihat, lalu tiba- tiba nasihatnya terhenti... Suasana pun mencekam, tiba-tiba beliau mulai menangis... menangis... menangis sekeras-kerasnya, seraya berkata, "Bila Dia (Allah) bertanya kepadaku kelak tentang kalian… Bila Dia meminta pertanggungjawaban dariku atas kalian… Bila Dia menanyaiku… dan bila sang Nabi bertanya pula kepadaku tentang perbuatan kalian… aku harus bertanggungjawab. Demi Allah, kalau ditindihkan gunung besar di atas kepalaku hingga aku lumat dan lebur menjadi debu, itu jauh lebih baik dari pada sampainya berita tentang buruknya amal kalian kepada sang Nabi (saw)."
Lalu beliau bermunajat dengan tangisnya agar seluruh muridnya dilimpahi hidayah dan keluhuran.

17. Aku Pamit Wahai Guru Nan Lembut dan Damai
Sang Guru tersenyum, terdiam, lalu berbisik lembut, “Apa yang kau risaukan?” Aku berkata, “Musuh semakin banyak, saya risau mereka akan merusak perjuangan kita, saya tidak mau memerangi mereka, saya selalu memaafkan mereka sebelum mereka meminta maaf, namun saya risau pula karena mereka terus ada.”
Sang Guru berkata lirih, “Kita kelompok damai yang tidak memusuhi, semoga Allah menenangkan kita dari gangguan musuh.”
Aku berkata lirih, “Apa yg harus saya lakukan?” Maka guru berbisik lembut, “Kita adalah kelompok damai. Kita adalah kelompok yang selalu berdoa. Kita berusaha dengan naungan doa. Kita bekerja dengan naungan doa. Kita beraktifitas dengan naungan doa. Doa kepada Allah, doa kepada Allah, doa kepada Allah.”
Aku menunduk... mulai kurasa bahwa aku telah banyak menyita waktu guru… aku berbisik di sela-sela tangis, “Saya pamit.” Guru menjawab, ”Ku titipkan engkau pada Allah.

18. Ku Bersimpuh Rindu pada Sang Guru Mulia
Selepas beliau menyampaikan tausiah, maka pimpinan pendeta ditanya, “Bagaimana pendapatmu terhadap Islam?”
Maka ia menjawab, “Aku benci Islam, namun aku cinta pada orang ini.” Maka Guru Mulia menjawab, “Jika kau mencintaiku akan datang waktunya kau akan mencintai Islam.”
Lalu Guru Mulia ditegur, bagaimana melakukan shalat di gereja? Beliau menjawab, “Aku melakukannya karena aku tahu tempat ini akan menjadi masjid kelak.”

19. Safar Mahabbah
Dan kesimpulan dari wejangan dari instruksi beliau adalah tetap bertahan dengan kelembutan dan terus maju tanpa ragu, terus menyayangi dan menyeru hampa pendosa dan terus menembus hamba yang terjebak kedalam kehinaan… Mulai mengarah kepada instruksi inststuksi berat yang membuat tenggorokan hamba kering… beban sangat berat dilimpahkan pada hamba untuk melanjutkan tugas dengan lebih berhati-hati, lebih jeli, lebih perhatian, lebih awas, lebih lembut, lebih nabawiy, lebih tidak terpengaruh dengan mereka yang mengacau rencana dan perjuangan yang telah diinstruksikan beliau. Dan dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan maka insya Allah akan terbit cahaya limpahan kebaikan yang dahsyat dan hal-hal yang sangat agung.

20. Wasiat Guru Mulia
Beliau menjawab dengan lembut dan jelas bahwa tujuan kita adalah dakwah, tidak membedakan apakah di masyarakat awam, masayarakat politik, partai, bahkan non muslim. Selama ada kesempatan untuk berdakwah maka terjunlah, undang mereka ke majelis, kunjungi undangan mereka, jalin hubungan baik dengan mereka sebagaimana Rasul saw berbuat demikian. Mereka dengan tujuannya masing-masing dan kita tetap tak merubah tujuan kita, yaitu dakwah… dan teruslah berdakwah dengan lembut demi persatuan muslimin.

21. Perjalanan Dakwah ke Manokwari Papua (I)
Kami konvoi ke wilayah-wilayah kunjungan, dan selama perjalanan kami berbincang-bincang seputar keadaan dakwah di wilayah setempat yang sangat menyedihkan. Jumlah Muslimin dan Nasrani yang kini sudah fifty-fifty itu tetap dalam kungkungan Kaum Nasraniy. Sangat mustahil bagi mereka membangun masjid kecuali dengan sangat teramat sulit, adzan pun hampir saja dikeluarkan undang-undang untuk dilarang, dan Jilbab pun kabarnya akan dikeluarkan undang undang untuk dilarang.

22. Perjalanan Dakwah ke Manokwari Papua (II)
Saya membatalkan keinginan untuk tinggal di Papua, karena jika saya wafat di sana maka perkembangan ini akan terhambat pula. Biarlah saya di Jakarta, namun kami akan menyiapkan santri-santri dan muda-mudi yang akan menjadi laskar Muhammad saw di wilayah mereka. Kini pun sebagian dari mereka telah berpencar ke wilayah-wilayah sekitar mereka, memimpin shalat, mengajarkan iman, mengajak kepada Islam, dan kita akan terus menyatukan barisan dan memperkuatnya hingga Manokwari bukan lagi bernama Manokwari kota Injil, tapi Irian Barat wilayah Sayyidina Muhammad Shollalloohu 'Alayhi wa Sallam. amiin.

23. Perjalanan Dakwah ke Kokoda Irian Barat
Guru pengajar berupa ulama atau pesantren tidak ada di Taminabuan, namun mereka bertahan dengan bimbingan dari Bpk. Syamsudin dan Raja Tarof. Di tengah derasnya hempasan kekuatan dakwah agama non muslim, sekolah sekolah non muslim bahkan universitas berdiri, dan muslimin terlihat sangat terkucil di wilayah ini dan terus semakin terpuruk. Saya percaya kedua orang baik dan beberapa gelintir orang mulia dan beriman di wilayah itu akan terus bertahan. Semoga santri-santri yang dibawa ke Jakarta akan segera kembali dan berdakwah pula di Teminabuan. Semoga Matahari Dakwah telah terbit dengan berkumandangnya Maulid Dhiya’ulllami di Teminabuan. Amiin.

24. Sekilas Kabar dari Kota Cahaya
Terlantun kalimat di dalam hati ini… Wahai Nabi Indah… Wahai Nabi yang sangat ramah… Wahai Nabi yg selalu tersenyum… Wahai Nabi yang selalu berbesar hati dan bersabar menyambut para pendosa dengan doa dan harapan… puluhan ribu pemuda-pemudi setiap malamnya berkumpul di majelismu, Majelis Rasulullah saw… Jakarta kini adalah ajang kumpulan para pecintamu… Puluhan ribu ummatmu setiap malam bershalawat dan salam padamu dan merindukanmu… Ribuan mereka bertobat pada Allah dan berlinang air mata… Setiap malamnya… Haru akan kasih sayang Allah dan Rahmat Nya swt, berdoa dan berdzikir, dan penuh semangat untuk membenahi diri mereka dan keluarga mereka dari kehinaan menuju keluhuran, dan dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih tinggi pula… Jamaah rindu padamu wahai Nabi Indah…

25. Sukoredjo, Pandaan, Malang Jawa Timur
Saya katakan, “Yai apakah tidak kelelahan jamaah di atas truk sampai Solo atau Jakarta?”…. Beliau menjawab sambil tertawa, “Mereka murid-murid saya itu Pasukan Katak Bib, mereka ampibhi, dimana saja hidup.”…. Wahai Rabb, perbanyaklah para da'i berjiwa baja seperti ini. Sungguh muslimin akan cepat terbenahi jika banyak ulama dan kyai yg berjiwa tegar penuh semangat sebagaimana beliau.

26. Sekilas Kabar Dakwah di Malaysia
Maka saya berbicara dengan lembut pada Ustaz Yusainiy, saya tak risau ditangkap, karena saya akan menghubungi pihak Mabes Polri di Jakarta untuk meminta pihak Mabes Polri menjamin kebersihan dakwah saya di bawah jaminan Mabes Polri. Namun tampaknya para pemuda kita di sana risau dan tak ingin sesuatu menimpa saya, maka majelis dibatalkan.

27. Singapura dan Kualalumpur
Selepas Shalat Magrib masjid itu sudah setengahnya terisi jamaah, hadirin-hadirat berkisar 1.500 orang. Maulid Dhiya'ullami dilantunkan, lalu saya menyampaikan tausiyah sekiatr 60 menit. Derai dan jerit tangis hadirin terdengar jelas di tengah-tengah seruan dan munajat. Sungguh jiwa mereka sangat haus menerima seruan-seruan kelembutan ilahi, tuntunan kedamaian Sayyidina Muhammad saw.

28. Denpasar Bali (I)
…Dan masih banyak keluhan-keluhan lain dari muslimin di sana. Namun hal itu dapat diredam dengan menjalin hubungan baik dengan para “Pedande” (pendeta) Hindu. Wakil pimpinan Pedande Bali ini rupanya ramah, dan ia pun sering hadir di majelis-majelis menemani kedatangan para Ulama dari luar Bali, ia mengenal ucapan “Insya Allah”, Alaikumsalam, Bismillah, dan ucapan-ucapan muslim lainnya. semoga Allah memberinya hidayah.

29. Denpasar Bali (II)
Saya pribadi mempunyai banyak maksud dalam kunjungan ini, mengingat dakwah Majelis Rasulullah dengan pesat berkembang, maka akan sangat menyolok bagi penganut agama Hindu di Bali yang merupakan mayoritas, dan itu membahayakan keselamatan saudara saudara kita muslimin, karena mereka bisa saja diprovokasi oleh fihak musuh islam untuk memerangi dan mempersulit dakwah muslimin. Maka maksud kedatangan saya kepada Raja Bali adalah menjalin hubungan erat dengan pimpinan adat tertinggi di Bali yang sangat berpengaruh di sana….
Tujuan lainnya adalah untuk mengenalkan kelembutan Islam dan fleksibelnya ajaran Islam dalam menghargai tuntunan kerukunan ummat beragama yang diajarkan Rasul saw. Dan juga saya bertujuan memberi pemahaman pada muslimin di Bali untuk tidak memusuhi mereka yang beragama Hindu walau berbeda agama, namun mestilah muslim lebih baik dan lebih sopan dari non muslim, yang dengan itu mereka bisa lebih mendekat dan mengenal Islam, paling tidak mereka tidak memusuhi muslimin, dan itu demi keamanan muslimin pula dan keasrian muslimin yang minoritas di wilayah Bali.

30. Bengkalis Pulau Suci
Letak Bengkalis yang sangat dekat ke Malaka, namun mereka sangat menjaga diri dari kemaksiatan, sangat tak setuju dengan tempat-tempat maksiat, namun kehidupan mereka tidak terbelakang bahkan cukup berada. Indah sekali kalau masyarakat kita seperti itu, aman, beriman, dan makmur. Jelas-jelas terlihat makna ayat, “Kalau seandainya penduduk itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami tumpahkan keberkahan dari langit dan Bumi, namun mereka mengingkari maka kami beri mereka balasan atas perbuatan mereka.”

31. Lirboyo Kediri dan Langitan Tuban
Ayahanda Kyai Idris yang sudah sepuh, dengan akhlak luhur dan mulia sudah menanti di depan pintu kediaman beliau, bersama sambutan hadroh santri dengan Thala’al badru alaina. Sungguh akhlak Rasul saw yang jelas terlihat dari kyai sepuh ini, tidak selayaknya beliau yang sepuh turut keluar menyambut hamba yang masih sangat muda, namun hal itu merupakan cermin budi pekerti Rasul saw dari beliau yang memimpin ratusan ribu santri yang sudah alumni dan masih nyantri ini.

32. Wahai Laskar Sayyidina Muhammad SAW
Wahai saudaraku Fauzan Hakim, artikel ini adalah harapanku agar muncul beribu-ribu pemuda berjiwa Fauzan Hakim di masa mendatang.

33. Surat Cinta dari Papua
Selama beberapa bulan ini kami selalu melihat guru kami meneteskan air mata saat memimpin kami berdzikir. Padahal, biasanya tidak demikian. Ketika saya memcoba memberanikan diri untuk bertanya, beliau menjawab, "Aku rindu pada Habib Munzir bin Fuad Almusawa" seraya memperlihatkan foto beliau. Saya tanya lagi, "Apakah beliau teman Guru, atau siapa?" Guru kami menjawab, "Beliau telah dua kali datang ke Papua, tetapi Allah SWT belum mempertemukan saya dengan beliau. Beliau adalah keluarga Rasulullah SAW." Lalu air matanya menetes lagi.

34. Lucunya Anak Ini
DVD itu adalah tontonan favorit buat anak saya (Aura, usianya masih 1 tahun 9 Bulan), mulai dari bangun tidur, mau makan, hingga menjelang tidur lagi, dia pasti meminta “abib ujil” (sebutannya untuk Habib Munzir) diputar.

36. Gara-Rara MR
Gambar poster yang dahulu terpajang di kamar kos di sini dan di kampung, saya copot dan langsung dibakar. Tergantikan dengan wajah sejuk nan berwibawa para guru dan habaib. Dalam saku baju dan celana tak kan ada lagi teks lagu-lagu kaum kuffar itu yang tersisa tinggalah siwak, minyak wangi sulthon, dan tasbih kecil. Hari haripun saya usahakan terjaga dalam wudhu seperti yang sering habibana sampaikan.

37. Do’a Habib Luthfi bin Yahya
Pagi harinya Syam lantas menemui Habib Luthfi dan berkata bahwa ia di Jakarta membantu dakwah Habib Munzir dengan mengatur lalu lintas. Mendengar hal itu Habib Luthfi kaget dan lantas bertanya apa yang menyebabkan dia berubah niat? Syam lantas menceritakan mimpinya. Habib Lutfi kemudian memeluk Syam dan berkata, "Kamu besok sembuh. Pulang ke Jakarta berkah". Habib Luthfi kemudian mengusap kaki Syam dengan air beberapa kali. - - -

38. Love at 1st Sight
“…Sambil berpikir saya akan datang lagi suatu hari ke depan Habib. Mohon doa untuk memudahkan jalan taubat saya….”
“Anda ke depanlah, kita bisa berpelukan walau sesaat. Saya rindu dengan hamba mulia yang dipanggil Allah dengan cahaya tobat, memeluk mereka adalah memeluk keridhoan Allah swt.”

39. Kecintaan Anak Kecil Kepada Gurunya
Dari kejauhan habibana sudah melihat anak kecil itu dan tersenyum kepada anak kecil itu, seakan memberikan sambutan untuk anak kecil itu, sepertinya habibana mengucapkan, “MARHABAAN!” sambil tersenyum.

40. Fii Hawa
Bapak itu bertanya, "Itu lagu apa mas?”.… Saya menjawab, "Itu shalawat Pak! Bapak mau saya kirimin?”…. Bapak itu menjawab, "Oh, ga! Makasih. Saat ndenger itu saya kok merinding yah?!”…. Saya menjawab, "Mungkin Bapak tergugah hatinya karena rindu Rasulullah SAW.” …. Saat saya mengecek semua komputer, saya melewati komputer bapak itu. Saya kaget, bapak itu ternyata non muslim.

42. Malam 17 Agustus dengan Lafdhul Jalalah
“Kalau saja para nenek moyang kita yang mereka itu adalah para pejuang dan mereka itu di hidupkan kembali… demi Allah… mereka tidak akan ridho atas apa yang telah mereka lihat karena banyaknya panggung-panggung maksiat untuk merayakan kemerdekaan, yang mereka nenek moyang kita telah mengorbankan jiwa dan raganya serta hartanya untuk kemerdekaan ini. Dan hakekatnya kemerdekaan ini tidaklah perlu untuk dirayakan, tapi karena banyaknya panggung-panggung maksiat yang merajalela maka kehadiran kita pada malam ini adalah untuk mengimbangi kemaksiatan tersebut.”

#########

Sekiranya bermanfaat, silakan disebarkan!

3 Komentar:

Unknown said...

Cara pesan buku habibana munzir ini gimana ya?

Unknown said...

Cara pesan buku habibana munzir ini gimana ya?

Unknown said...

Di majelis rosul.org aja

Post a Comment

Categories

Assalamu'alaikum...

Hadapi dengan senyumann

Seorang anak bungsu dari 6 bersaudara yang terlahir atas nama cinta-Nya yang suci.

 
Copyright 2009 Ahmad Firdaus