Tuesday 20 October 2015

KETIKA TANGAN RASULULLAH SAW. KELUAR DARI KUBURNYA DEMI BERSALAMAN DENGAN CUCUNDANYA TERCINTA SYAIKH AHMAD AR-RIFA’I RA.

Alih bahasa : Mumu BSA

يقول الإمام عز الدين الفاروقي في كتابه “إرشاد المسلمين”: أخبرني أبي الحافظ محي الدين أبو إسحق عن أبيه الشيخ عمر الفاروقي أنه قال: كنت مع وشيخنا السيد أحمد الكبير الرفاعي الحسيني عام حجه الأول وذلك سنة خمس وخمسين وخمسمائة، وقد دخل المدينة يوم دخوله القوافل إليها قوافل الزوار من الشام والعراق واليمن والمغرب والحجاز وبلاد العجم وقد زادوا على تسعين ألفا، فلما أشرف على المدينة المنورة ترجل عن مطيته ومشى حافيا إلى أن وصل الحرم الشريف المحمدي ولا زال حتى وقف تجاه الحجرة العطرة النبوية فقال : السلام عليك يا جدي، فقال رسول الله له: “وعليك السلام يا ولدي”، سمع كلامه الشريف كل من في الحرم النبوي، فتواجد لهذه المنحة العظيمة والنعمة الكبرى وحنَّ وأنَّ وبكى وجثا على ركبتيه مرتعدا ثم قام وقال:

في حالة البعد روحي كنت أرسلها تقبل الأرض عني وهي نائبتي
وهذه دولة الأشباح قد حضرت فامدد يمينك كي تحظى بها شفتي

فمدَّ له رسول الله صلى الله عليه وسلم يده الشريفة النورانية من قبره الأزهر الكريم فقبلها والناس ينظرون، وقد كان في الحرم الشريف الألوف حين خروج اليد الطاهرة المحمدية

Syaih Ahmad ar-Rifa’i al-Kabir, seorang ulama yang tenar dengan kedalaman ilmunya, zuhud dan ketakwaanya, adalah salah satu auliya’ ‘arif billah, yang diberi anugerah oleh Allah dengan karamah yang banyak yang masyhur dan ditulis oleh banyak ulama dalam kitab-kitab mereka.

Diantara karamahnya yang termashur dari beberapa karamah yang diberikan oleh Allah adalah beliau mencium tangan kakeknya yang tidak lain adalah Sayyidina Muhammad Saw. Dan kisah ini telah diceritakan dari generasi ke generasi hingga layaknya mencapai derajat mutawatir.

Kisah ini telah disebutkan dan ditetapkan banyak ulama, diantaranya adalah al-Hafidz as-Suyuthi, al-Muhaddits al-Munawi, Imam asy-Sya’rani dan para ulama besar lainya. Telah berkata al-Imam Izuddin al-Faruqi dalam kitab Irsyad al-Muslimin:

“Ayahku al-Hafidz Muhyiddin Abu Ishaq bercerita dari ayahnya Syaikh Umar al-Faruqi bahwa belaiau berkata: “Saya bersama guruku Sayyid Ahmad al-Kabir ar-Rifa’i al-Husaini Ra. saat hajinya yang pertama yaitu tahun 555 H. Beliau masuk ke Kota Madinah di saat rombongan dari Syam, Iraq, Yaman, Maghrib, Hijaz dan negeri non Arab yang lain jumlahnya lebih dari 90 ribu jamaah. Dan ketika beliau mulai mendekati kota Madinah ia pun turun dari kendaraan dan memilih berjalan kaki tanpa alas. Hingga sampai pada makam yang penuh semerbak wangi kenabian, maka ia pun mengucapkan salam: “Assalamu’alaika wahai kakek.”

Lantas terdengar suara dari makam Rasulullah yang mulia: “Wa’alaikumussalam wahai putraku.”

Beliau pun merasa mendapat anugerah dan nikmat yang agung. Akhirnya beliau terduduk seraya gemetar bersuara merintih pelan sambil menangis lalu berdiri sambil berkata:

تقبل الأرض عني وهي نائبتي
في حالة البعد روحي كنت أرسلها

“Saat aku jauh, aku hanya mengirimkam ruhaniyahku ke sini mengecup bumi tempat Engkau dimakamkan sebagai ganti aku sowan menghadapmu.”

فامدد يمينك كي تحظى بها شفتي
وهذه دولة الأشباح قد حضرت

“Dan kini ragaku telah hadir di hadapanmu, maka sudilah Engkau ulurkan tangan kananmu agar bibirku mendapat bagian untuk mengecup tanganmu.”

Lantas Rasulullah Saw. mengulurkan tangan nuraniyah (yang bercahaya)nya nan mulia dari dalam kubur. Lantas beliau Syaikh Ahmad ar-Rifa’i mencium tangan Baginda Rasul Saw. yang mulia dan disaksikan banyak orang.

Diantara para pembesar ulama di zaman itu yang hadir adalah Syaikh Hayat al-Harani, Syaikh ‘Adi bin Musafir, Syaikh Aqil al-Manji, Syaikh Ahmad az-Zahir al-Anshori dan banyak lagi kaum muslimin lainnya. Mereka semua mendapatkan berkah dan kemuliaan dengan melihat tangan Rasulullah Saw. berkat Syaikh Ahmad ar-Rifa’i.

Edit
Harta Rasulullah
Posted: 16 Oktober 2015 in Cerita Ulama
0
Semenjak Allah SWT mengangkat Rasulullah SAW menjadi Utusan-Nya, beliau tidak memiliki harta apapun karena seluruhnya dibelanjakan demi tegaknya Islam. Jika ada orang muslim yang tak punya pakaian mendatangi beliau, beliau biasa meminta bantuan Bilal, yang juga merupakan muadzin beliau, untuk meminjam sesuatu dari orang lain dan membelikan orang itu pakaian dan makanan.

Suatu saat, ada seorang dari kalangan musyrikin datang kepada Bilal. Orang itu mengetahui kebiasaan Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah kamu pinjam kepada orang lain.”Bilal pun menerima tawaran itu dengan senang hati. Sejak saat itu, Bilal pun terkadang meminjam pada orang itu.

Pada suatu hari, Bilal berwudhu lalu bergegas untuk mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah kerumunan pedagang. Ketika melihat Bilal, ia berseru, “Wahai Orang Habsyi!” Bilal menjawab, “Ya, ada apa?” Lalu ia berbicara dengan nada yang agak keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?!” Bilal menjawab, “Sudah dekat.” Ia balik berkata lagi, “Sesungguhnya jarak antara kamu dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!” Lalu orang itu berlalu.

Bilal kemudian mengumandangkan adzan shalat. Ketika ia pulang shalat agak malam dan Nabi telah kembali ke rumahnya, Bilal meminta izin untuk bertemu beliau. Setelah diizinkan, Bilal bercerita pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku aku rela jadi penebusnya, sesungguhnya orang musyrik yang telah saya ceritakan kepada engkau, menjadikan saya jaminan dari pinjaman yang diberikannya. Dia berkata begini dan begitu. Sementara engkau dan saya tidak memiliki sesuatu yang dapat membebaskan saya darinya karena dia sangat tidak beradab. Oleh karena itu, izinkan saya mencari beberapa orang Islam untuk mencari pinjaman, sampai Allah menganugerahkan rizki kepada Rasul-Nya untuk menebus saya.”

Keesokan harinya, seseorang menghampiri Bilal, “Wahai Bilal, kamu dipanggil Rasulullah.”

Bilal lalu bergegas ke rumah Rasulullah SAW. Di rumah beliau, Bilal melihat empat ekor unta tunggangan penuh dengan barang bawaannya. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada bilal, “Sesungguhnya Allah telah memberikan segalanya untuk membebaskan kamu.” Bilal sadar bahwa unta dan barang bawaannya itu adalah rizki tak disangka-sangka yang diturunkan Allah SWT pada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW berkata lagi, “Maukah kamu membawa empat unta tersebut?” Bilal menjawab, “Tentu saja saya bersedia.”

Beliau berkata lagi, “Kamu berhak atas unta tersebut beserta semua barang bawaannya. Dan untuk kamu ketahui, bahwa barang yang dibawa olehnya adalah pakaian dan makanan. Semuanya saya berikan kepadamu. Sekarang pergilah dan bayarlah hutangmu.”

Lalu Bilal membawa unta tersebut dan membayar hutang-hutang Rasulullah SAW sampai tidak ada lagi hutang beliau yang tersisa. Akhirnya uang di tangannya tersisa dua dinar saja.

Ketika Bilal bergegas ke masjid saat matahari telah condong, Rasulullah tengah duduk sendirian di masjid. Ia lalu mengucap salam dan menghadap beliau. Beliau berkata kepada Bilal sambil tersenyum, “Apa yang telah kamu lakukan?”

Bilal menjawab, “Allah telah melunasi semua hutang Rasulullah sehingga tiada hutang lagi.”

Beliau bertanya lagi, “Adakah yang tersisa?” Bilal menjawab, “Ada wahai Rasulullah, yaitu dua dinar.”

Beliau berkata, “Secepatnya kamu bebaskan saya dari kedua dinar tersebut. Saya tidak ingin pulang sebelum kamu membebaskan saya dari kedua dinar tersebut.”

Bilal dan Rasulullah SAW pun menunggu, tetapi tidak ada orang yang datang ke masjid. Mereka terus menunggu sampai menjelang waktu subuh. Ketika menjelang sore pada hari kedua, ada dua orang pengendara kuda datang. Bilal pergi menemuinya dan memberikan pakaian serta makanan. Setelah Rasulullah SAW selesai shalat, beliau memanggil Bilal, “Apa yang telah kamu lakukan?”

Bilal menjawab, “Allah telah membebaskan engkau dari barang-barang tersebut.”

Beliau lalu bertakbir mengagungkan Allah dan memuji-Nya.

Subhanallah. Rasulullah SAW sangat sedih jika pada saat meninggal dunia, masih ada harta tersisa di tangannya.

Categories

Assalamu'alaikum...

Hadapi dengan senyumann

Seorang anak bungsu dari 6 bersaudara yang terlahir atas nama cinta-Nya yang suci.

 
Copyright 2009 Ahmad Firdaus